Karma
Pemeran:
Pekerja
jujur: Tika
Pekerja
curang: Agnes
Adik
pekerja curang: Regina
Atasan: Charin
Dukun: Frans
Teman pekerja jujur : Cherry
BABAK I
(Charin di dalam panggung sedang makan. Memanggil
Tika dan Agnes)
Charin : “Agnes, Tika, ke ruangan saya sekarang!”
(Agnes
dan Tika masuk ke panggung)
Agnes : “Ada apa
memanggil kami, Bu?”
Charin : “Nah,
jadi begini. Kita punya produk baru! Lipbalm Pinang. Asli Indonesia, nih! Saya
memanggil kalian karena kalian
karyawan terbaik saya. Saya mau kalian memasarkan produk baru ini.”
Tika : “Berapa persen yang harus kami jual,Bu?’
Charin : “Saya akan beri kalian masing-masing 5000
buah.Kalian harus menjual setidaknya 80% sebelum akhir bulan depan.”
Agnes : “Akhir bulan depan? Apa tidak salah? Ini sudah
akhir bulan, artinya hanya sekitar satu bulan, Bu?”
Charin : “Nah karena itu saya memilih kalian berdua. Ini
bukan penawaran, sih. Yang mencapai target lebih awal akan tetap saya
pertahankan. Bagi yang kalah terpaksa
akan saya pindahkan ke kantor cabang. Sanggup?”
Tika : “Saya akan mengusahakan yang terbaik,
Bu.”
Charin : “Bagaimana denganmu, Agnes?”
Agnes : (ragu) “Pasti saya sanggup, Bu! Saya harus
menjual minimal 4000 buah, kan ?”
Charin : “Bagus. Saya suka semangat kalian. Sekarang
kembali bekerja.”
Agnes : “Terima kasih, Bu.”
Tika : “Terima kasih, Bu.”
BABAK
II
(Cherry
masuk ke panggung, merapikan make up, memakai lipbalm)
(Tika
masuk ke panggung)
Cherry : “Bagaimana lipbalmku? Warnanya bagus kan? Aku baru beli kamu
lho. Buatan Korea!”
Tika : “Iya
iya, bagus, bagus. Tidak perlu monyong-monyong begitu juga kali.”
Cherry : “Ih, Tika jahat. (Memakai lipbalm lagi)
Omong-omong, ada apa Bu Charin memanggilmu dan Agnes?”
Tika : “Biasa, kerjaan. Harus menjual setidaknya
4000 buah lipbalm merek baru dari pabrik kita. Harus terpenuhi sebelum akhir
bulan depan pula.”
Cherry : “Akhir bulan depan? 4000? Banyak sekali!”
Tika : “Makanya, entah bagaimana cara memenuhi
target penjualan ini.”
Cherry : “Pasti bisa, kok. Cuma caranya, sih, yang
sulit.”
(Agnes
masuk panggung)
Agnes : “Halah, disuruh menjual 80% barang saja
sudah berkomplot begini! Payah banget, sih! Berjuang sendiri lah, malah cari
teman!”
(Cherry
berusaha melerai)
Cherry : “Agnes, sudah. Ini masih jam kerja. Pelankan
sedikit suaramu.”
Agnes : “Kamu juga sama saja! Buat apasih bantu-bantu dia? Ini kan tugas pribadi!”
Cherry : “Sudahlah,
Nes. Tolong jangan bertengkar di sini.”
Agnes : “Awas ya
kamu, Tika! Kita lihat saja siapa yang bisa lebih dulu mencapai target!” (Agnes
keluar dari panggung)
Cherry : “Jangan
terlalu dipikirkan. Yang penting berusaha. Pasti ada jalan!”
BABAK III
(Regina masuk ke panggung)
(Agnes masuk ke panggung dengan wajah kusut)
Agnes : “ Duh!
Bagaimana cara mencapai target dalam waktu satu bulan? Mana produk ini tidak
terlalu sesuai dengan selera konsumen saat ini pula! Ah,pusing!”
(Agnes mengetuk pintu)
(Regina membuka pintu)
Regina : “Kakak,
selamat datang!”
Agnes :
“Iya,kakak pulang.” (Regina dan Agnes duduk) “Kenapa kamu belum tidur?”
Regina : “Ah itu,
aku baru saja selesai belajar. Ini
juga mau tidur.”
Agnes : “Ya sudah,
tidur sana.”
Regina : “Ah,
sebenarnya begini, Kak. (Hening) Guruku bertanya apakah aku akan masuk
perguruan tinggi atau tidak.”
Agnes : “Kakak
kan sudah bilang, kamu harus sekolah setinggi-tingginya. Kamu harus masuk
keperguruan tinggi!”
Regina : “ Tapi,
Kak, sejak Ibu dan Ayah meninggal, Kakak harus menanggung semuanya. Aku tidak
tega kalau kakak harus menanggung biaya aku masuk ke perguruan tinggi.”
Agnes : “Masalah
biaya adalah urusan kakak. Kamu hanya perlu belajar. Kakak akan usahakan
bagaimanapun caranya.”
Regina : “Tapi,
Kak..”
Agnes : “Jangan
membuat kakak marah! Kakak sudah cukup lelah memikirkan cara mencapai target
dari atasan kakak atau kakak terancam dipindahkan ke kantor cabang! Kalau kamu
masih berpikir untuk tidak masuk ke perguruan tinggi, kamu hanya menambah beban
kakak! Kakak akan usahakan kamu sekolah setinggi mungkin. Jadi kamu hanya perlu
belajar saja yang rajin!”
Regina : “Kalau
memang sesulit itu, kenapa tidak ke dukun saja,kak? Hahaha (nada bercanda).”
Agnes : “Jangan
bicara yang aneh-aneh! Sudah sana, tidur!”
Regina : “Oke,
selamat tidur, Kak.”
BABAK IV
(Tika masuk ke panggung. Cherry di belakangnya)
Cherry : “Pagi
Tika!”
Tika : “Ah,
Cher, Pagi!”
Cherry :
“Begadang?”
Tika :
“Ya,sudah dekat akhir bulan, target belum tercapai. Pasti harus begadang
(tertawa kecil).”
Cherry : “Memangnya
sudah berapa yang terjual, Tik?”
Tika : “Baru
3000-an. Masih kurang 1000 lagi.”
Cherry : “3000?
Wah, sedikit lagi, ya! Semangat ya, Tik! Pasti targetmu tercapai tepat waktu
kok!”
(Agnes menguping)
Agnes : “3000?
Ya ampun, aku bahkan belum menjual 2500 buah! Bagaimana ini? (berpikir keras)
Ah, perkataan Regina waktu itu, apa aku harus mencobanya ya?”
(Agnes keluar dari panggung terlebih dahulu)
BABAK V
(Frans masuk ke panggung. Membelakangi peralatan dukunnya)
(Agnes mengetuk pintu)
Agnes :
“Permisi, Mbah.”
Frans : “Siapa
kamu?”
Agnes : “Nama saya
Agnes, Mbah.”
Frans : “Mau apa
kamu ke sini?”
Agnes : “Saya mau minta bantuan dalam hal pekerjaan,Mbah. Saya
mau mengalahkan rekan kerja saya. Saya ingin memenuhi target lebih awal, Mbah.”
(Frans berbalik)
Frans : “Wah,
cantik ya.”
“Baiklah, pekerjaan adalah masalah mudah.
Yang penting ada bayaran dan kamu mampu memenuhi syarat dari saya.”
Agnes : “Apa persyaratannya,
Mbah?”
Frans :
“Pertama, kamu harus melakukan ritual setiap Jumat Kliwon dengan
mempersembahkan dua liter darah ayam cemani.”
Agnes : “Hah?
Ayam cemani? Darahnya harus dua liter, Mbah? Tidak bisa kurang?”
Frans : “Ye,
malah nawar lagi! Ya harus dua liter,lah! Kalau tidak ya keinginanmu tidak akan
terpenuhi. Kamu tidak tahu ayam cemani?”
Agnes : “Tidak,
Mbah.”
Frans : “Itu
lho, ayam yang hitam, seperti saya.”
Agnes : “Oh, iya
iya. Saya paham, Mbah.”
Frans : “Dan
satu lagi, kalau kamu melewatkan satu ritual saja, salah satu anggota
keluargamu akan meninggal!”
Agnes : “Anggota
keluarga saya? Tapi saya hanya punya satu adik, Mbah. Semua keluarga saya telah
tiada.”
Frans : “Ya itu
bukan urusan saya. Memangnya seperti apa adikmu?”
Agnes : “Ini fotonya,
Mbah.”
(Agnes memperlihatkan foto Regina)
Frans : “Wah, cantik ya.”
(Frans bernyanyi)
Frans :
“Baiklah, kembali ke masalah persyaratan. Kamu sanggup?
Agnes : (ragu)
“Emm,saya sanggup Mbah.”
Frans :
“Bagus.”
Agnes : “Ah, ini
Mbah bayarannya (memberikan amplop).”
(Frans mengecek isi amplop)
Frans : “Yaya,
silakan pergi.”
Agnes : “Terima
kasih, Mbah.”
Frans : “Ya,
ya.”
BABAK VI
(Agnes dan Tika masuk panggung, duduk di kursi
mengerjakan laporan pemasukan. Atasan masuk).
Atasan : “Selamat
ya, Agnes! Kerjamu sangat bagus! Padahal target ini tidak mudah!”
Agnes : “Terima kasih, Bu.”
Atasan : “Nah,
Tika, kamu harus berusaha lagi di lain waktu. Kerjamu bagus, cuma yaa,, kan
hanya ada satu yang bisa dipromosikan.”
Tika : “Saya
mengerti. Terima kasih atas kepercayaan Ibu dan maaf karena saya tidak dapat
mencapai target tepat waktu.”
(Ages senang karena bisa mengalahkan Tika. Latar
berganti. Tika keluar dari ruangan, Agnes terlihat sibuk mengurus berkas-berkas
di mejanya. Banyak suara telepon berdering.)
Agnes : “Halo,
dengan Swastika Cosmetic. Ada yang bisa saya bantu? Ah ya. Akan saya catat
pesanan Anda.”
(Tika masuk ke ruangan)
Cherry :
“Bu Agnes, Bu Charin mengatakan akan ada meeting pukul 20.00 malam ini di ruang
meeting 4.”
Agnes : “Oh, ya.
Terima kasih.”
(Latar berganti setelah meeting).
BABAK VII
Agnes :
“Benar-benar melelahkan. Mana sudah hampir jam setengah satu. Tubuhku rasanya
benar-benar nyaris remuk.”
(Agnes masuk ke rumah diam-diam karena sudah malam.
Agnes masuk ke kamar adiknya).
(Agnes baru berniat menutup kembali pintu kamar ketika
Regina memanggil).
Regina : “Kak,
(suara berat dan kesakitan)”
Agnes : “Ada
apa? Kenapa kamu belum tidur?”
Regina : “Sakit,
kak.”
(Agnes panik)
Agnes : “Sakit?
Kamu kenapa? Apa yang sakit?”
Regina : “Sakit,
kak!” (Regina sangat kesakitan. Regina sesak napas, seperti kena serangan
jantung).
(Agnes melihat ke arah kalender yang tergantung di
kamar Regina. Ia panik saat sadar bahwa hari itu dia harus mempersembahkan ayam
cemani tepat sebelum tengah malam).
Agnes :
“Sekarang kakak bawa kamu ke rumah sakit ya!”
(Regina tida k bisa berjalan sama sekali. Regina masih
meringis kesakitan dan sesak napas).
Regina : “Maaf,
kak,”
Agnes : “Kenapa
kamu minta maaf? Sekarang kita harus ke rumah sakit.”
Regina : “Maaf karena
setelah ayah ibu meninggal, kakak harus menanggung semuanya. (terbata dan susah
payah mengucapkannya)”
(Agnes panik. Ia tetap berusaha membopong Regina).
Regina : “Maaf,
kak. (Matanya tidak fokus. Melihat ke belakang Agnes).”
Agnes :
“Berhenti minta maaf! Sekarang kita ke rumah sakit!”
(Napas Regina berangsur hilang. Agnes tidak mampu
menahan berat tubuh Regina. Regina jatuh ke lantai. Agnes menangis
sejadi-jadinya).
Agnes : “Kakak
melakukan semua ini buat kamu. Kalau aku tahu akan begini jadinya, kalau aku
tahu kamu yang akan menjadi tumbal iblis itu aku tidak akan mengikat perjanjian
dengan iblis dari awal!”
-TAMAT-
0 comments: