Judul Novel: Girls in the Dark Penulis:  Akiyoshi Rikako Penerbit: Penerbit Haru Tahun terbit: 2014 Tebal: 279 halaman        ...

[Review] Novel - Girls in the Dark


Judul Novel: Girls in the Dark
Penulis:  Akiyoshi Rikako
Penerbit: Penerbit Haru
Tahun terbit: 2014
Tebal: 279 halaman             

Shiraishi Itsumi, anak pemilik SMA Putri Santa Maria meninggal, jatuh dari balkon. Tidak ada yang tahu penyebabnya. Namun ia, sebagai seorang anak pemilik sekolah yang terkenal sekaligus pendiri dan ketua klub sastra, klub paling eksklusif di sekolah, tersebut mendapat ruang di hati setiap anggota klub sastra.
Beberapa hari setelah kepergiannya, angota klub sastra membuat yami-nabe, semacam perjamuan yang dilakukan dalam gelap, diiringi pembacaan cerpen dari para anggota sebagai penghormatan terakhir kepada sang putri, Itsumi. Dipandu oleh Sayuri, sahabat dekat Itsumi yang telah menjadi ketua klub menggantikan sang putri, masing-masing anggota membacakan cerpen penghormatan mereka yang ternyata merupakan analisis mereka tentang penyebab kematian Itsumi. Setiap anggota saling menuduh dalam cerita mereka hingga menemukan, tersangka dan alur kisah sebenarnya yang mengiringi kematian sang putri.
Pertama-tama, cerita ini sangat ringan dan mengalir. Dibandingkan kisah misteri sekelas Sherlock Holmes yang bisa membuat otak pembaca misteri pemula keriting bukan main, cerita ini sangat ringan dan bisa dijadikan bacaan santai sebelum tidur (meski akhirnya membuat saya tidak bisa tidur karena penasaran dengan akhirnya yang bikin gereget!). Novel ini terdiri atas beberapa cerpen yang saling berkaitan dan mengalir, dengan setting perjamuan yami-nabe. Berkat penggalan-penggalan cerpen ini kita bisa menganalisis dalang di balik kematian Itsumi dengan lebih mudah. Karena karakter dalam novel ini adalah anggota klub sastra, bahasa yang digunakan sangat rapi dan baku. Meski ada satu cerpen yang banyak menggunakan bahasa gaul karena di dalam cerita ini, ia adalah penulis novel ringan sekelas teenlit (jadi meski dalam bahasa Jepang sekalipun, ia menggunakan bahasa nonformal).
Sayang sekali saya sudah merasa ada yang tidak beres dengan alibi dan analisis para anggota klub sastra di cerpen yang kedua. Mungkin akan ada yang berpikiran sama seperti saya di cerpen yang kedua pula. Mengapa? Silakan baca sendiri hehehe.. Yang pasti akhir kisah ini terbilang mengejutkan bagi pembaca pemula di dunia kisah misteri.
Saya rasa ada baiknya pembaca novel ini berusia di atas 13 tahun. Alasannya, ini novel misteri. Itu saja. Novel misteri yang menjadikan kasus pembunuhan sebagai plot utamanya membutuhkan pembaca dengan pemikiran yang sudah cukup dewasa dan realistis. Bukan anak-anak yang masih suka mengikuti semua hal yang ia lihat dan baca karena akibatnya bisa fatal bila kasus-kasus pebunuhan yang merupakan imajinasi belaka diikuti oleh anak-anak- mentah-mentah. Jadi tolong, berpikirlah relistis bahwa kisah dalam cerpen ini sebatas fiksi belaka. Jangan ditiru, hehehe..

Plot: 7 dari 10

Bahasa: 8.5 dari 10

0 comments: